Alī bin Abī Thālib adalah khalifah keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi.
Ada sebuah kisah yang menceritan tentang perilaku terpujinya dalam menghormati orang. Beliau sangat menghormati siapun berikut adalah kisahnya:
Al-Kisah, Ali bin Abi Thalib hendak pergi ke masjid dengan buru-buru karena takut tertinggal ṡalat subuh berjamaah. Di tengah perjalanan, ia bertemu seorang kakek yang sedang berjalan pelan di depannya. Sang kakek berjalan sangat lambat di sebuah gang sempit.
Demi memuliakan dan menghormati kakek tua itu, Ali bin Abi Thalib tidak mau mendahuluinya, meskipun
terdengar di masjid sudah iqomah. Ketika sampai di dekat pintu masjid, si kakek tua itu justru berjalan terus saja, ternyata kakek tua itu beragama Nasrani. Ali buru-buru masuk ke masjid.
Ajaibnya, ia mendapati Rasulullah saw. dan para jamaahnya masih melakukan rukuk. Ali pun ikut rukuk sampai selesai sehingga Ali bin Abi Thalib ikut
berjamaah dengan sempurna. Sehabis ṡalat para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, mengapa tadi rukuknya lama sekali, padahal Anda belum pernah melakukan hal itu sebelumnya?”
Rasulullah saw. menjawab, “Tadi Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan
menahannya lama. Ketika ia melepaskan sayapnya, barulah saya bangun dari rukuk”. Para sahabat bertanya, “Mengapa Jibril melakukan itu?” “Aku tidak menanyakan kepada Jibril,” jelas Rasulullah.
Lalu Jibril datang dan menjelaskan, “Hai Muhammad, tadi Ali tergesa-gesa ingin melaksanakan ṡalat berjamaah, akan tetapi di tengah perjalanan ada
seorang kakek dan ia tidak mau mendahuluinya karena sangat menghormati orang lain, meskipun ia Nasrani.”
(Diambil dari Cermin Bening Kisah-kisah Teladan Jilid-1, Fathurrahman al-Munawwar)
Ada sebuah kisah yang menceritan tentang perilaku terpujinya dalam menghormati orang. Beliau sangat menghormati siapun berikut adalah kisahnya:
Al-Kisah, Ali bin Abi Thalib hendak pergi ke masjid dengan buru-buru karena takut tertinggal ṡalat subuh berjamaah. Di tengah perjalanan, ia bertemu seorang kakek yang sedang berjalan pelan di depannya. Sang kakek berjalan sangat lambat di sebuah gang sempit.
Demi memuliakan dan menghormati kakek tua itu, Ali bin Abi Thalib tidak mau mendahuluinya, meskipun
terdengar di masjid sudah iqomah. Ketika sampai di dekat pintu masjid, si kakek tua itu justru berjalan terus saja, ternyata kakek tua itu beragama Nasrani. Ali buru-buru masuk ke masjid.
Ajaibnya, ia mendapati Rasulullah saw. dan para jamaahnya masih melakukan rukuk. Ali pun ikut rukuk sampai selesai sehingga Ali bin Abi Thalib ikut
berjamaah dengan sempurna. Sehabis ṡalat para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, mengapa tadi rukuknya lama sekali, padahal Anda belum pernah melakukan hal itu sebelumnya?”
Rasulullah saw. menjawab, “Tadi Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan
menahannya lama. Ketika ia melepaskan sayapnya, barulah saya bangun dari rukuk”. Para sahabat bertanya, “Mengapa Jibril melakukan itu?” “Aku tidak menanyakan kepada Jibril,” jelas Rasulullah.
Lalu Jibril datang dan menjelaskan, “Hai Muhammad, tadi Ali tergesa-gesa ingin melaksanakan ṡalat berjamaah, akan tetapi di tengah perjalanan ada
seorang kakek dan ia tidak mau mendahuluinya karena sangat menghormati orang lain, meskipun ia Nasrani.”
(Diambil dari Cermin Bening Kisah-kisah Teladan Jilid-1, Fathurrahman al-Munawwar)
Dari kisah diatas kita belajar bahwa menghormati orang lain itu sangat penting, meskipun dia berbeda dengan keyakinan dengan kita kita harus tetap menghormatinya seperti apa yang dilakukan oleh sang khalifah Alī bin Abī Thālib.
No comments:
Post a Comment